Ditengah situasi yang tidak menentu dikarenakan adanya penyebaran virus corona COVID-19 saat ini yang bersifat pandemik, tentunya kita tidaklah harus menjadi stagnan, pasif atau terlebih lagi menjadi pesimistis. Upaya optimis dalam menhadapi masa depan yang lebih baik tentu harus tetap kita bangun dengan kerangka berpikir yang terarah dan konstruktif. Memang bukanlah suatu hal yang mudah , karena semua menjadi samar, namun jangan sampai kita kehilangan akal sehat atau justru mengambil suatu sikap dan tindakan yang justru merugikan kita sendiri.
Dalam hal ini saya hanya mampu menghimbau terutama kepada mereka para pengambil kebijakan di negeri tercinta Indonesia. Karena ditangan kalianlah keberlangsungan negeri ini akan tetap terjaga. Bahwa terlepas dari segala resiko yang ada dikarenakan Covid-19 ini. Marilah kita membuka mata hati dan pikiran kita bersama. Karena meskipun hanya untuk didengar itupun tidaklah mudah.
Khususnya di Provinsi Bali, sebagaimana kita tahu bahwa lautan adalah sumber air garam terbesar dimuka bumi. Dimana dalam kepercayaan agama Hindu adalah tempat terbaik buat membersihkan diri ("melukat") kenapa pantai yang merupakan akses masuk ke laut justru diTUTUP?. (sekedar bertanya)
Bukankah air garam mampu mengikat segala ion-ion negatif yang melekat dalam tubuh kita ("Yoga; Kundalini; Melukat;"). Bahkan ada mitos mandi dilaut mampu menghilangkan "Sial/Nasib Buruk" yang sedang menimpa pada diri seseorang. Bukankah lautan mampu menampung dan menjadi tempat sampah terakhir dari seluruh aktivitas kotor manusia yang berupa sampah, dan tetap memberikan yang terbaik bagi manusia dengan sumber daya yang dimilikinya.
Saya tidak mengatakan bahwa ini baik dan benar, namun haruskah kita kehilangan akal sehat yang merupakan kekuatan alami yang dimiliki oleh setiap manusia yang beradab.
Covid-19 mungkin berbahaya buat kesehatan kita, namun apakah dengan peniadaan aktifitas beradab dan budaya tata krama benar mampu melawannya. Dan apakah pemutusan silaturahim itu benar upaya terbaik. Jawaban saya adalah BELUM TENTU.
Justru bisa menjadi bahaya laten selanjutnya, karena kita manusia bisa kehilangan kepercayaan satu dengan lainnya secara mudah dimasa yang akan datang.
Kita tidak harus berubah hanya karena pemberitaan masif dan pengupayaan data-data terfokus dari media mainstream. Sedangkan mungkin dan pasti bahwa banyak data-data lain yang mungkin lebih mengerikan tidak tersentuh apalagi terekspos.
#WorkingFromHome #PhysicalDistancing dengan #Technology apakah sebuah solusi kemanusiaan.
Tidak cukupkah SmartPhone dengan segala aplikasinya yang ada telah merubah tatanan bahwa "yang jauh terasa dekat dan yang dekat terasa tidak ada". Haruskah kita sekarang berdekatan dengan keluarga saja di atur oleh suatu peraturan.
Haruskah perekaman data yang telah dilakukan teknologi dan media sosial, sekarang mengatur dunia seolah tangan yang Maha Kuasa.
Kepada siapakah kita berkiblat? Kebenaran apakah yang Tuhan ciptakan dengan kondisi ini? Semoga manusia dengan karunia terbaik dengan "akal budi" nya, mampu mengupas segala yang tersirat.
Saya hanya mampu menyampaikan marilah kita bergandeng tangan dan sadar bahwa menjadi diri sendiri, seburuk apapun itu tetaplah lebih baik daripada menjadi bayang-bayang orang lain.
Salam sehat dan sejahtera selalu padamu negeri.
Budwi
Canggu Center We Create Opportunities
![]() |
BERKARYA UNTUK NEGERI




